BELAJAR DARI SURAT MISTERI
karya Anggi Wildan Asrofi
karya Anggi Wildan Asrofi
Pagi ini kumelihat
pekarangan rumahku yang luas dari jendela kamarku. Disalah satu sudut
pekarangan rumahku terdapat satu sarang rahasia yang aku gunakan jika aku
sedang ingin menyendiri. Gelap dan lembap, itulah suasana sarang rahasiaku yang
terbuat dari semak belukar yang sangat tinggi dan tebal.
Aku berlari menuju
sarang rahasiaku pagi ini, namun aku mulai tertarik dengan kotak surat yang
terdapat di depan rumah. Setelah menengok kedalam kotak surat itu aku kembali
kedalam rumah untuk menaruh surat yang ditujukan kepada ayah atau ibuku. Namun
ada satu surat yang ditujukan kepadaku. Sangat aneh, kuambil surat itu dan
langsung berlari menuju sarang rahasiaku. Setelah berada di sarang rahasia aku
mulai membolak-balik amplop surat yang berwarna coklat. Tidak terdapat nama
pengirim dan prangko, apakah ini surat misterius?
Aku mulai membuka surat
misterius itu, dan membacanya perlahan terdapat tulisan “Untuk Pecundang!”.
Kata-kata yang sudah membuat jantungku berdebar cukup kencang dan tangan
bergetar. Aku berhenti sejenak untuk membaca kalimat selanjutnya, aku menarik
nafas dan mulai menghembuskannya perlahan.
Suara ranting-ranting
pohon mulai bergesekan, angin berhembus sangat kencang. Aku beranikan untuk
melanjutkan kekalimat selanjutnya, terdapat kalimat “Jangan Pernah Kau Menjadi
Orang yang Terbuang!”. Aku berhenti pada kalimat ini untuk berpikir, apakah
maksud dari dua kalimat tersebut?Apakah aku seorang pecundang?Apakah aku orang
yang terbuang?Tiba-tiba aku merasakan seluruh tubuhku merinding tanpa sebab.
Aku berlari keluar dari
sarangku menuju kamarku untuk melanjutkan membaca surat misterius itu. Aku
kembali melanjutkan membaca kalimat selanjutnya “Jika Kau Diam Kau Akan Menjadi
Pecundang Besar!”. Kembali aku terdiam dan berpikir tentang tiga kalimat yang
sudah aku baca. Lama aku berpikir sehingga membuat pikiranku melayang jauh
menerobos semua kejadian. Masuk kesuatu zaman yang disana aku menjadi orang
gelandangan yang dikucilkan oleh semua orang, badanku kurus kering, dekil dan
bau. Aku hanya bisa terdiam di sudut kota itu, aku benar-benar diasingkan dan
dibuang oleh semua orang yang ada di kota ini.
Aku tersadar dari
lamunanku itu, aku kembali membaca surat misterius yang ada digenggamanku. Pada
kalimat yang terakhir tertulis “Cepatlah Kau bertindak Agar Kau Tidak Menjadi
Pecundang Besar!”. Pada kalimat ini aku benar-benar terdiam dan terpana membaca
tulisan yang ada pada surat itu. Aku ulangi membaca surat itu dari awal hingga
akhir, terus kuulangi hingga aku tertidur dengan surat itu digenggamanku.
Terbangun dari tidurku
itu aku mulai mengetahui maksud dari semua kalimat yang ada disurat misterius
itu. Aku langsung berlari ke kamar mandi, setelah itu aku berlari ke dapur
untuk mengambil camilan yang akan kubawa ke sarang rahasiaku. Setelah mendapat
camilan aku berjalan ke sarangku, lagi-lagi aku mampir ke kotak surat dan
berharap ada surat yang ditujukan untukku. Namun, tidak sepucuk surat untukku
yang ada hanya untuk ayah dan ibuku. Sesampai di sarang rahasiaku, aku mulai
memikirkan kembali surat misterius yang telah kuterima kemarin.
Setelah berpikir lama
dan camilanku habis aku sudah dapat mengartikan semuanya. Kalimat pertama
hingga kalimat terakhir aku sudah mulai memahami kalimat-kalimat itu. Aku
berpikiran dari surat itu, bahwa aku tidak boleh jadi pecundang, jika aku
berdiam diri aku tidak akan pernah dianggap sebagai orang yang berate, tapi
sebaliknya jika aku mau berusaha aku bisa menjadi orang yang sangat berarti dan
sukses dimasa yang akan datang.
Semenjak kejadian surat
rahasia itu, aku bisa menjadi semangat untuk menjalani hidup dan berusaha
meraih cita-citaku yang kugantung dilangit dunia.