Senin, 03 Maret 2014

BELAJAR DARI SURAT MISTERI



BELAJAR DARI SURAT MISTERI
karya Anggi Wildan Asrofi
Pagi ini kumelihat pekarangan rumahku yang luas dari jendela kamarku. Disalah satu sudut pekarangan rumahku terdapat satu sarang rahasia yang aku gunakan jika aku sedang ingin menyendiri. Gelap dan lembap, itulah suasana sarang rahasiaku yang terbuat dari semak belukar yang sangat tinggi dan tebal.
Aku berlari menuju sarang rahasiaku pagi ini, namun aku mulai tertarik dengan kotak surat yang terdapat di depan rumah. Setelah menengok kedalam kotak surat itu aku kembali kedalam rumah untuk menaruh surat yang ditujukan kepada ayah atau ibuku. Namun ada satu surat yang ditujukan kepadaku. Sangat aneh, kuambil surat itu dan langsung berlari menuju sarang rahasiaku. Setelah berada di sarang rahasia aku mulai membolak-balik amplop surat yang berwarna coklat. Tidak terdapat nama pengirim dan prangko, apakah ini surat misterius?
Aku mulai membuka surat misterius itu, dan membacanya perlahan terdapat tulisan “Untuk Pecundang!”. Kata-kata yang sudah membuat jantungku berdebar cukup kencang dan tangan bergetar. Aku berhenti sejenak untuk membaca kalimat selanjutnya, aku menarik nafas dan mulai menghembuskannya perlahan.
Suara ranting-ranting pohon mulai bergesekan, angin berhembus sangat kencang. Aku beranikan untuk melanjutkan kekalimat selanjutnya, terdapat kalimat “Jangan Pernah Kau Menjadi Orang yang Terbuang!”. Aku berhenti pada kalimat ini untuk berpikir, apakah maksud dari dua kalimat tersebut?Apakah aku seorang pecundang?Apakah aku orang yang terbuang?Tiba-tiba aku merasakan seluruh tubuhku merinding tanpa sebab.
Aku berlari keluar dari sarangku menuju kamarku untuk melanjutkan membaca surat misterius itu. Aku kembali melanjutkan membaca kalimat selanjutnya “Jika Kau Diam Kau Akan Menjadi Pecundang Besar!”. Kembali aku terdiam dan berpikir tentang tiga kalimat yang sudah aku baca. Lama aku berpikir sehingga membuat pikiranku melayang jauh menerobos semua kejadian. Masuk kesuatu zaman yang disana aku menjadi orang gelandangan yang dikucilkan oleh semua orang, badanku kurus kering, dekil dan bau. Aku hanya bisa terdiam di sudut kota itu, aku benar-benar diasingkan dan dibuang oleh semua orang yang ada di kota ini.
Aku tersadar dari lamunanku itu, aku kembali membaca surat misterius yang ada digenggamanku. Pada kalimat yang terakhir tertulis “Cepatlah Kau bertindak Agar Kau Tidak Menjadi Pecundang Besar!”. Pada kalimat ini aku benar-benar terdiam dan terpana membaca tulisan yang ada pada surat itu. Aku ulangi membaca surat itu dari awal hingga akhir, terus kuulangi hingga aku tertidur dengan surat itu digenggamanku.
Terbangun dari tidurku itu aku mulai mengetahui maksud dari semua kalimat yang ada disurat misterius itu. Aku langsung berlari ke kamar mandi, setelah itu aku berlari ke dapur untuk mengambil camilan yang akan kubawa ke sarang rahasiaku. Setelah mendapat camilan aku berjalan ke sarangku, lagi-lagi aku mampir ke kotak surat dan berharap ada surat yang ditujukan untukku. Namun, tidak sepucuk surat untukku yang ada hanya untuk ayah dan ibuku. Sesampai di sarang rahasiaku, aku mulai memikirkan kembali surat misterius yang telah kuterima kemarin.
Setelah berpikir lama dan camilanku habis aku sudah dapat mengartikan semuanya. Kalimat pertama hingga kalimat terakhir aku sudah mulai memahami kalimat-kalimat itu. Aku berpikiran dari surat itu, bahwa aku tidak boleh jadi pecundang, jika aku berdiam diri aku tidak akan pernah dianggap sebagai orang yang berate, tapi sebaliknya jika aku mau berusaha aku bisa menjadi orang yang sangat berarti dan sukses dimasa yang akan datang.
Semenjak kejadian surat rahasia itu, aku bisa menjadi semangat untuk menjalani hidup dan berusaha meraih cita-citaku yang kugantung dilangit dunia.